07.10.16 – Hut Kota Yogyakarta yang ke-260, diperingati secara meriah di lingkungan SMP N 7 Yogyakarta. Seluruh warga sekolah mengenakan busana daerah gagrak Ngayogyakarta. Laki-laki mengenakan blangkon, surjan, jarit, selop, lengkap dengan keris sedangkan perempuan mengenakan kebaya, jarit, dan selop.
Peringatan diawali dengan upacara bendera yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Rangkaian keseluruhan upacara bendera menggunakan adat Yogyakarta sebagai dasar prosesinya. Hal itu terlihat dari aba-aba yang digunakan oleh pemimpin upacara dan pemimpin pasukan, pembacaan naskah amanat, dan pembacaan naskah doa semua menggunakan bahasa Jawa.
OSIS telah merancang berbagai macam lomba untuk memeriahkan acara peringatan HUT Kota Yogyakarta ini dan juga untuk menyambut bulan bahasa. Lomba diadakan sekaligus sebagai ajang untuk unjuk kebolehan bakat para siswa. Lomba yang diadakan adalah lomba translate tulisan aksara Jawa ke aksara Latin, bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, dan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, lomba nyungging tokoh wayang Setiaki, lomba geguritan, dan lomba dimas diajeng.
Demi melestarikan budaya Yogyakarta, diselenggarakan juga festival dolanan bocah. Dolanan bocah yang dimainkan antara lain jamuran, ular naga, boi-boinan, dhingklik oglak aglik, rangku alu (tari tongkat), dan lain-lan. Dolanan bocah yang dimainkan siswa-siswa tersebut, kini sudah jarang sekali dimainkan oleh anak pada zaman sekarang.
Sementara itu, dari tengah halaman sekolah tampak pasangan siswa dan siswi berjalan beriringan menggunakan busana gagrak Ngayogyakarta. Mereka adalah peserta lomba Dimas Diajeng. Kriteria yang ditetapkan oleh juri untuk memilih Dimas Diajeng SMP N 7 Yk adalah keserasian, tata busana, dan tata bicara. (fps)