Selamat Datang di website resmi SMPN 7 YOGYAKARTA
Senja dilangit Biru
Senja dilangit Biru
16 Sep 2019

Angin berhembus menerpa wajah gadis yang sedari tadi duduk di tepi sungai itu. Menatap kosong kearah depan. Mengabaikan orang orang yang berlalu Lalang. Mengaibaikan rintikan hujan yang mulai turun membasahi tubuhnya, juga bersamaan dengan air mata yang mulai menggenang. Memikirkan semua beban hidupnya. Bertanya bagaimana kelanjutan takdirnya. Meratapi tangisnya sendirian. Memikul segala beban sendirian. Ia tak peduli jika tubuhnya sudah basah karna hujan. Tak peduli jika ia akan sakit karna ini.

Yang ada dipikirannya hanyalah, bagaimana semua ini akan berakhir, ataukah bagaimana ia akan mengakhirinya.sungguh demi apa ini sudah mencapai batas kemampuannya. Ia hanyalah manusia, yang terluka ketika ia terjatuh, menangis ketika dia rapuh. Mata itu menjadi saksi bisu kepahitan hidupnya.yang selalu menitihkan air mata disetiap malamnya. Dia masih smuda, namun harapan hidupnya telah sirna.

Orang orang berteriak, berusaha memanggilnya, ketika ia hendak menceburkan diri kedalam sungai. Namun bagai angina lewat, dia tetap melangkahkan kakinya memasuki sungai, semakin lama… semakin dalam, ia akan segera tenggelam..

Hingga akhirnya ada seorang lelaki yang dengan beraninya menceburkan diri kedalam sungai dan menyeret gadis itu ke daratan. Dia memberontak!menangis!berteriak!, namun dengan sekuat tenang.

“apa yang kau lakukan hah?!?, kau tau, kau bisa saja mati!”. Lelaki itu berteriak, membuat sang gadis getir diam, membisu.

“maka biarkan aku mati!!”. Lelaki itu mencelos mendengar pernyatan sang gadis. Dia terdiam sejenak, menyeret sang gadis menuju sebuah bangku kosong, mendudukannyaa disitu. Matany tak lepas menatap sang gadis dengan tatapan intens, namu tatapannya melemah ketika melihat air mata jatuh membingkai wajah cantik si gadis.

“siapa namamu??”. Tanya nya lembut kepada si gadis.

“senja”. Jawab gadis itu dengan pandangan yang terus menunduk.

“baiklah senja, namaku biru”. Gadis bernama senja itu tak memberinkan respon, justru hanya terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Biru mengela nafas kasar.

“apa yang membuatmu nekat melakukan hal seperti itu??”. Beru bertanya dengan pandangan tak lepas dari senja.

“kau tau biru??setiap manusia mempunyai batasannya, dan sekarang aku telah mencapainya…”. Senja menggantungkan kalimatnya, membuat biru menyeringit bingung.

“…. Aku hanya lelah menghadapi takdir yang tak pernah berpihak padaku, aku.. hanya ingin mencari solusi.. solusi tentang mengapa dunia selalu menamparku hingga aku terjatuh….” Senja menahan nafasnya, tiba tiba rasa sakit itu menyeruak ke seluruh permukaan dadanya, membuat nafasnya tercekat.

“…kau tau??seseorang mengakhiri hidupnya bukan karna mereka ingin mati.. itu hanya karna mereka ingin menakhiri rasa sakit yang terus menghantamnyaa”. Jelas senja dengan air mata yang semakin deras mengalir dipipi mulusnya.

“maukah kau menceritakan kepadaku??”. Tanya biru dengan pandangan tak lepas dari senja.

“terlalu rumit bila kuceritakan,semua masalah datang silih berganti kedalam hidupku. Bukankah semua orang berhak bahagia??tapi mengapa aku tidak mendapat kebahgiaan itu??...”. lagi lagi senja menjeda kalimatnya, membuat rasa penasaran semakin membuncah dihati biru.

“… kau tau biru?? Kadang aku bertanya, untuk apa aku dilahirkan jikalau hanya untuk dibenci??untuk apa aku dilahirkan jikalau hanya untuk merasakan kepahitan ini??. Semua ini menyakitkan!!disaat aku harus menagis sendirian dimalam hari, semua ini begitu menyesakkan disaat aku harus menahan beban ini sendirian!!”. Tangis senja pecah, ketika perlahan rasa sakit itu menjalar memenuhi rongga dadanya.

“kau tau senja?disaat kau dilahirkan semua orang berbahagia.. semua orang mengucap syukur. Jika sekarang kau mencoba pergi, itu berarti kau mencoba mengambil kebahagiaan semua orang”. Biru tersenyum tulus, menggenggam tangan senja dengan lembut.

“memang benar semua orang mempunyai hak untuk bahagia, tapi cara mereka mendapatkan kebahagian itu sendiri terkadang salah, yang justru malah membuat kebahagiaan itu menjauh”. Biru menampilakan senyumnya kembali, senantiasa menatap wajah cantik senja.

“juga memang benar jikalau setiap orang mempunyai batasannya, dan aku tak akan menyalahkanmu jika kau berkata telah mencapai batasannya, yang perlu diiingat adalah bagaimana kau akan membuat puncak batas itu, menjadi sesuatu yang indah, atau justru sebaliknya”. Senja terdiam termenung, memikirkan segala perkataan  itu yang saat ini memenuhi kepalanya.

‘bagaimana ia akan membuat akhir batas itu??’. Ck!bahkan dia tidak tau, seperti apa akhir batasnya nanti, atau masih bisakah dia mengubah itu menjadi hal yang indah.

“ayo ikut aku”. Pikiran senja teralihkan oleh biru yang secara tiba tiba menarik tangannya pergi entah kemana, dia hanya bisa diam dan mengikuti kemana lelaki itu akan membawanya.

Mereka berhenti tepat di sebuah café mewah namun dengan tatanan yang sederhana. Senja menatap tak minat pada café itu. Berbalik hendak prig namun tangannya dicekal oleh biru.

“ayo masuk”. Biru tersenyum, tanpa persetujuan sang pemilik, ia menarik tangan senja masuk kedalam café itu, sang empu hendak protes, namun lidahnya kelu dan membiarkan lelaki itu menariknya masuk kedalam café itu.

Mendudukan senja pada salah satu kursi kosong dipojok café, lalu pergi menuju panggung yang ada di café itu.

“sebelumnya aku tidak pernah menyanyi, tapi aku akan melakukannya demi temanku, dia seorang wanita cantik yang sedang duduk di pojok café sana, aku ingin setelah mendengar ini kau akan mendapatkan semangatmu kembali”. Biru tersenyum, menatap tulus kearah senja yang menatap kosong kearahnya. Mengabaikan penonton yang terus bertanya tanya.

Biru memulai laginya dengan sebuah petikan indah pada gitarnya, memainkannya dengan sepenuh hati, berharap semangat dan dukungannya akan dapat dirasakan oleh senja.

When I looking into your eyes… (disaat aku menatap matamu)

It’s like watching the night sky (seolah sedang kupandang langit malam)

Or a beautiful sunrise (atau indahnya matahari terbit)

There’s so much they hold (banyak arti dari dua hal itu)

And just like them old stars (begitu pula bintang bintang diatas sana)

I see that’s you’ve come so far (kulihat kau tlah menempuh perjalanan Panjang)

To be right where you are (tuk sampai ditempatmu kini berada)

How old is your soul? (berapa usia jiwamu?)

Senja terpaku, pada suara itu, pada lagu itu, juga pada makna nya. Dia mantap lekat biru yang terus memainkan gitarnya seolah didunia ini tiada beban. Lagi lagi air matanya turun tanpa suara, tanpa aba aba.

Ia memejamkan mata, berusaha menangkan hati dan pikirannya, berusaha percaya pada setiap bait yang biru nyanyikan.

I won’t give up on us (aku tak akan berhenti berusaha)

Even if the sky’s get rough (meskipun langit mulai menghitam)

I’m giving you all my love (akan ku berikan seluruh cintaku)

I’m still looking up (aku masih terus melangkah)

Senja termenung, hingga ia tak sadar bahwa biru telah menyelesaikan lagunya dan berjalan menuju kearahnya, tersenyum berjongkok di hadapan senja. Menggenggam tangan mungil nan rapuh itu dengan lembut.

“aku tau kau kuat, aku tau kau hebat, jangan pernah mencoba hal bodoh seperti itu, jadilah seorang yang bijaksana, yang tak akan lari dari masalahnya”. Senja lagi lagi hanya dapat terpaku kepada laki laki di depannya ini. Laki laki yang baru ia temui belum genap 24 jam namun menjadi penampung cerita kesedihannya.

Senja tersenyum tulus, untuk pertama kalinya dihapadan Biru. Membuat sang lelaki terpesona dalam sesaat.

“senyummu indah, akan sangat sayang jika kau sembunyikan dibalik wajah mu yang murung itu”. Biru tersenyum tulus, senja tak kalah, senyumnya makin lebar mengembang.

“terimakasih..biru…”. senja berkata sembari mentap lekat lelaki dihadapnnya itu.

“tidak perlu berterima kasih, aku hanya ingin melakukan sesuatu agar orang orang terus mengenangku dalam hati mereka”. Balas biru membuat senja mencelos, apa maksudnya?? firasat dan pikiran buruk terus berputar di kepalanya.

“kau tau senja? hidupmu lebih indah dari hidupku…”. Biru menjeda kalimatnya.

“…jika boleh kuceritakan, aku seorang pasien mengidap lopus parah, dokter mengatakan hidupku hanya akan bertahan beberapa hari lagi,atau mungkin sudah taka da waktu lagi…” . biru tersenyum, menerawang disaat dirinya dulu tergeletak tak berdaya di ranjang rumah sakit.

“…aku dulu sepertimu, tak berdaya, ingin menyerah, dan kehilangan semagat hidup, aku bahkan berulang kali mencoba mengakhiri hidupku, tapi.. setelah secara tidak sengaja aku bertemu dengan seorang anak pengidap kanker otak, aku melihat dia masih tersenyum, berbahagia menikmati hidupnya…”

“…disaat itu juga aku sadar dan belajar satu hal, tak masalah berapa banyak tersisa untuk membuka mata, yang harus dilakukan hanyalah membuat orang orang yang kau cintai, tak akan pernah melupakanmu”. Biru tersenyum tulus diakhir kalimatnya, membuat senja tertegun, si gadis terdiam, berusaha mengontrol emosinya, namun air matanya justru meluncur tanpa persetujuan dirinya.

Biru menatap senja bingung sekaligus tersenyum, perlahan tangan hangatnya menyentuh wajah cantik senja, menghapus air mata yang kesedihan diwajah sang gadis.

“dari dulu aku bertanya, mengapa air mata diciptakan jikalau hanya untuk menjadi lambing kesedihan??”. Lagi lagi, Biru tersenyum tulus, seakan tak ada sesuatu yang terjadi, seakan hidupnya baik baik saja.

Dari apa hati itu diciptakan?? bagai mana senyum itu dapat terus berkembang??. Tanpa sadar tangis senja justru pecah, ia buru buru berhambur kedalam pelukan biru, dengan senang hati si lelaki menerima pelukan hangat itu.

“sssst berhentilah menangis, kau terlihat jelek”. Ucapan penenang yang diselingi dengan candaan. Membuat senja tertawa disela tangisnya.

Tangan biru tak henti mengusap punggung sempit senja, ia tak menyesal dilahirkan. Namun, pertemuannya dengan senja membuatnya ingin memiliki waktu yang lebih lama didunia ini, yang ia tau itu tak akan mungkin. Tapi siapa tau, rencana Tuhan tiada yang tertebak bukan.

Biru tersenyum, semakin lama usapannya pada punggung senja semakin melemah, seiring dengan mata indah itu menutup dengan perlahan, masih diiringi dengan senyuman yang terus mengembang.

Senja terdiam, ia tak lagi tersenyum, firasatnya mengatakan hal buruk, danb benar saja, biru telah menutup matanya. Rasa takut membuncah mengendalikan dirinya, ia kalap, berteriak memanggil orang orang yang berada disitu untuk membantunya.

“b-biru.. kumohoon hiks”.  Air mata itu, terus mengalir, bahkan sesekali menetes membasahi wajah biru. Tangannya gemetar disaat menyentuh wajah si lelaki yang mulai pucat, dia semakin berteriak dan tangisnya semakin pecah disaat dia lihat orang orang hanya berdiam diri menonton.

Ya, karna mereka tau, si lelaki sudah tak terselamatkan. Menghela napas, mereka hanya bisa menatap iba pemandangan menyedihkan didepannya, satu dua orang bahkan mnitihkan air matanya. Daun daun mengantup seperti turut berduka cita, burung burung menyiulkan lagu perpisahan.

Senja mendekap tubuh yang telah kaku itu kedalam pelukannya. Dengan janji yang terucap di hatinya, akan senantiasa melangkah kedepan, tak kan ada kata menyerah, dan akan senantiasa mengenang biru dalam hati dan ingatnnya.

Diiringi dengan tangis, disaksikan oleh air sungai yang damai, dihadapan langit biru berhiaskan senja. Kita melepas kepergian seseorang yang mempunyai semangat bagaikan baja, yang mempunyai senyuman bagaikan bulan sabit. Bermandikan cahaya lampu, selamat tinggal kau biru….

“tak peduli, seberapa lelah dirimu. Tak peduli seberapa terlukanya dirimu hanya perlu melangkah, mengikuti takdir yang dunia ciptakan”

 

Tamat

Oleh : Rosamoon Ajeng Destianasari (32/9A)/2019

Terkait
Saye dan Para Penyihir
20 Jul 2022
Di sebuah planet bernama Thuveris, tinggalah dua bangsa yang hidup di sana. Mereka adalah Bangsa Elf dan Bangsa Penyihir. Pada awalnya kedua bangsa tersebut hidup dengan aman dan damai. Mereka…
KEAJAIBAN BULAN DESEMBER
19 Peb 2020
Sabtu pagi yang indah ku berangkat menuju Busan dengan menggunakan KTX di dalam perjalanan yang begitu melelahkan dan hanya di temani oleh suara bising para penumpang bahkan nada dering ponsel…
Misteri Uang Kancil
22 Peb 2023
Pada suatu hari ada empat anak yang sedang berjalan bersama, yaitu Kancil, Kerbau, Harimau, dan Kambing. Mereka berangkat pagi hari untuk bersekolah. Mereka teman sekelas juga teman rumah. Mereka sering…
Sihir
1 Mar 2020
Di sebuah desa yang damai, hiduplah dua saudara kembar yang memiliki kekuatan sihir. Mereka sering disebut masyarakat desa dengan sebutan Wizard. Nama mereka adalah Cassandra dan Issabilla. Walupun mereka kembar,…
PENDIDIKAN
22 Agu 2023
Karya: Aszahra Bunga Yuliasari   Ia merupakan salah satu kebutuhan manusia Ia sangat penting juga untuk masa depan Ia adalah pendidikan Dengan pendidikan kita dapat meraih cita - cita Cita…
Cintaku, Pendidikan Indonesia
16 Mei 2023
Karya: Adinda Raisha Putri Pratama Cintaku, pendidikan Indonesia… Terima kasih telah mengajarkanku segala hal Dari aku mulai belajar membaca a-i-u-e-o Hingga diriku belajar matematika aljabar   Cintaku, pendidikan Indonesia... Diriku…
Kopyah untuk Ayah
21 Peb 2020
Di pinggiran  kota dengan padat penduduk, tinggalah keluarga kecil nan miskin. Keluarga itu terdiri dari ayah dan seorang anak perempuannya. Ayah itu bernama Pak Daud dan putrinya bernama Risa. Pak…
Kancil yang Cerdik
10 Agu 2022
Di suatu pagi itu, si Kancil berjalan-jalan dalam hutan seperti biasanya. Ia sesekali berhenti memakan rumput-rumput hijau yang dilewatinya sepanjang perjalanan. Kancil sendiri merupakan binatang yang terkenal gesit dan lincah,…
Penyesalan Bona
25 Jan 2023
Di sebuah rumah yang sederhana tinggalah seorang ibu dan dua anak perempuannya. Kedua anak tersebut bernama Bona dan Lula. Lula adalah adik dari si Bona, Lula merupakan seorang yang sangat…
Keterbatasan Teknologi
4 Jan 2023
Suasana pagi yang indah dengan semilir angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati. Dari ufuk timur,  surya kembali terbit dengan senyuman yang melekat di mulutnya. Hari ini adalah hari dimana aku akan…
Media Sosial
Karya Siswa
SMPN 7 Yogyakarta
Jalan Wiratama 38, Daerah Istimewa Yogyakarta. 55752
Telepon: (0274) 561374
Faksimili: (0274) 561374
Email: smp7yk@gmail.com