“Jogja adalah pelopor pendidikan Indonesia”. Nampaknya ungkapan tersebut tepat untuk disematkan pada Yogyakarta atas komitmen dan keberaniannya menjadi salah satu daerah yang melaksanakan evaluasi bertajuk Asesmen Strandar Pendidikan Daerah (ASPD). Kegiatan ini tidak menentukan kelulusan peserta didik seperti layaknya Ujian Nasional. Namun, hal tersebut berperan sebagai salah satu indikator penerimaan peserta didik baru di tingkat SMP/MTs negeri dan SMA/SMK negeri. Mata pelajaran yang diujikan pada ASPD terdiri atas 4 mata pelajaran utama, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). ASPD yang diselenggarakan pada tanggal 5-8 April 2021 ini berbasis komputer dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
SMP Negeri 7 Yogyakarta sebagai bagian dari kebijakan ini berhasil melaksanakan ASPD dengan disiplin dan taat protokol kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan misi sekolah dalam membangun budaya disiplin warga sekolah dan mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman. Kesiapan ini diwujudkan dalam standar operasional pembelajaran tatap muka di masa pandemi yang jelas dan terukur.
Rangkaian protokol kesehatan telah dipersiapkan dengan maksimal. Kehadiran peserta ASPD dibagi menjadi dua sesi, yaitu jadwal pagi dan siang. Peseta ASPD hadir di sekolah diawali dengan cuci tangan dan harus dicek suhu badan terlebih dahulu, lalu melaporkan suhu masing-masing pada pihak panitia yang berada di halaman depan. Jika suhu lebih dari 37,3 derajat celsius, maka peserta ASPD harus transit di ruang isolasi terlebih dahulu. Pada setiap titik, peserta ASPD akan dipandu oleh Bapak Ibu Guru yang telah siap memberikan pengarahan. Pihak sekolah berupaya untuk meminimalisasi kontak langsung antarsiswa dan antara guru dengan siswa. Kondisi tempat duduk di ruang transit dan ruang ujian juga telah disesuaikan misalnya, satu ruang dibatasi 20 anak saja. Disediakan pula hand sanitizer dan sarung tangan plastik di setiap meja peserta ASPD.
Selain memperhatikan kondisi di dalam sekolah, SMP Negeri 7 Yogyakarta juga fokus pada lingkungan di luar sekolah usai pelaksanaan ASPD seperti menghindari kerumunan penjemput. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan sistem penjemputan secara terjadwal. Masing-masing kelas memiliki waktu pulang yang berbeda, sehingga penjemput tidak berkerumun di lingkungan sekolah. Selain itu, diterapkan pula sistem penggunaan HT (Handy Talky) guna memantau kepulangan siswa agar tidak terjadi kerumunan di pintu gerbang sekolah yang berada di depan dan belakang sekolah.
Dengan teknis yang sistematis ini, diharapkan dapat menjadi langkah awal pembiasaan dalam menerapkan protokol kesahatan di lingkungan sekolah. Pelaksanaan ASPD yang lancar dan sukses dengan protokol kesehatan yang ketat menjadi bukti komitmen SMP Negeri 7 Yogyakarta dalam menciptakan sekolah yang berprestasi dan nyaman bagi peserta didiknya. (td)