Psikologis klinis menurut Witemer tahun 1912 adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik pedagogis. Dalam hal ini, memiliki orientasi ilmiah profesional yaitu adanya ciri berupa penggunaan metode ilmu dan kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap individu yang menderita kecemasan atau memiliki suatu permasalahan.
Dengan mengimplementasikan pengertian di atas, di SMP Negeri 7 Yogyakarta dilaksanakan kegiatan bimbingan klinis ujian nasional (UN) secara terprogram. Adapun tujuan umum dari bimbingan klinis ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran mata pelajaran UN. Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu meningkatkan keterampilan berfikir agar cepat menemukan jawaban (bagi kelas creative) dan menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan terhadap materi tertentu (bagi kelas smart).
Sasaran bimbingan klinis adalah siswa kelas VII , VIII, dan IX. Jumlah yang dibimbing sebanyak 240 siswa. Jumlah ini merupakan hasil seleksi tiap jenjang masing-masing 80 siswa. Selanjutnya, masing-masing jenjang dikelompokkan menjadi 4 kelas terdiri atas 2 kelas creative dan 2 kelas smart, masing-masing kelas berisi 20 siswa. Pada tahap awal, bimbingan klinis ditujukan bagi siswa kelas VII dan VIII, sedangkan bagi kelas IX dilaksanakan pada waktu UN sudah dekat. Hal ini dimaksudkan agar kondisi psikologis siswa lebih mantap sehingga lebih siap menghadapi UN.
Dalam kegiatan ini, guru yang ditugaskan untuk membimbing adalah guru mata pelajaran pengampu UN pada jenjang masing-masing. Pelaksanaan bimbingan diatur sesuai jadwal dengan mempertimbangkan rotasi tatap muka pembimbing dengan siswa pada masing-masing kelas dan masing-masing jenjang.
Kegiatan bimbingan klinis UN dilaksanakan setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Adapun teknis pelaksanaannya untuk kelompok smart, guru pembimbing terlebih dahulu mendiagnosa para siswa berkaitan dengan kesulitan pemahaman materi. Kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk mencari solusi dalam mengatasi kesulitan pemahaman materi tersebut. Sedangkan untuk kelompok creative, guru pembimbing menyajikan materi atau soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Pemberian materi atau soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi diharapkan keterampilan berpikir siswa makin terasah sehingga kecepatan berpikir siswa makin meningkat.
Untuk mengukur ketercapaian bimbingan, maka dilaksanakan evaluasi tiap kelas dalam tiap jenjang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hasil evaluasi digunakan sebagai materi atau pun pertimbangan bimbingan selanjutnya terhadap masing-masing individu.(rn)