Indonesia terkenal dengan budaya batiknya bahkan seni batik menjadi salah satu identitas budaya Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan karya seni batik, Indonesia memiliki beberapa kota yang menjadi ikon batik seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan.
Yogyakarta sebagai ikon kota batik tentu saja terus berupaya agar seni batik tetap membumi di Yogyakarta. Upaya regenerasi terus dilakukan agar estafet perbatikan tidak terhenti. Salah satu upaya untuk membumikan batik agar tetap lestari di Yogyakarta adalah melalui jalur sekolah. Oleh karena itu, kota Yogyakarta menerapkan sistem sekolah berbasis budaya. Budaya selain sebagai kekayaan suatu bangsa juga digunakan sebagai sarana pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Salah satu sekolah yang berbasis budaya adalah SMP Negeri 7 Yogyakarta.
Dalam pengembangan sekolah berbasis budaya, SMP Negeri 7 Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Salah satu budaya yang dikembangkan adalah seni batik melalui ekstrakurikuler (ekskul). Membatik sebagai salah satu pilihan kegiatan pengembangan diri bagi siswa kelas VII dan VIII.
Siswa yang memilih ekskul seni batik melakukan aktivitas setiap hari Jumat, pukul 11.00-13.00 di studio seni rupa. Pak Budi (sapaan akrab Budi Santoso, S.Pd) pembimbing ekskul batik mengatakan bahwa aktivitas membatik didahului dengan pengenalan motif, alat-alat batik, media batik, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perbatikan.
Siswa yang mengikuti eskul ini cukup banyak, kira-kira 20 siswa. Dalam proses pembelajarannya, siswa sangat enjoy karena mereka asyik memraktikkan teori yang telah diberikan tahap demi tahap. Para peserta praktik membuat desain pada kain, menentukan pilihan alat-alat membatik, mencedok malam dan menuliskannya pada desain yang telah dibuat. Sekalipun mereka tampak serius bekerja, tetapi para peserta tetap tampak santai dan gembira.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk membatik sementara disediakan oleh UNY sebagai pendamping Sekolah Berbasis Budaya. Alat-alat seperti cap untuk batik pola, canting, lilin, dsb. Walaupun demikian, Pak Budi memilih batik tulis sebagai keterampilan pilihan karena dipandang lebih memotivasi kreasi siswa.
Motif batik yang dipilih dalam batik tulis adalah flora dan fauna. Motif ini dipilih disamping untuk melestarikan batik juga untuk menanamkan kecintaan kepada flora dan fauna sebagai upaya penanaman cinta lingkungan. (rn)