
Berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Programme for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) adalah suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains. Tes ini bersifat diagnostik yang digunakan untuk memberikan informasi yang berguna untuk perbaikan sistem pendidikan. Indonesia telah berpartisipasi dalam studi PISA mulai tahun 2000.
SMP Negeri 7 Yogyakarta menjadi salah satu sekolah sampel Pada tes PISA tahun 2022. Berdasarkan hal tersebut, guru-guru di SMP Negeri 7 Yogyakarta ditunjuk untuk mengikuti berbagai workshop di beberapa daerah, seperti Tangerang, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Setelah mengikuti berbagai workshop tersebut, guru-guru harus melaksanakan diseminasi begitu kembali ke sekolah. Hal tersebut juga dilaksanakan oleh guru di SMP Negeri 7 Yogyakarta.
Pada Senin, 7 Maret 2022 pukul 13.00-15.00, Ibu Ervina Nur Fauzia, S.Pd., Ibu Fembriarti Nafiatur Rafi, S.Pd., Ibu Rufaida Haryati, S.Pd., Ibu Triyasmi, S.Pd., melaksanakan workshop di SMP Negeri 7 Yogyakarta untuk membagikan apa yang diperoleh selama mengikuti pelatihan kepada Bapak dan Ibu Guru.
Berdasarkan apa yang keempat pembicara sampaikan, dapat kita ketahui bahwa PISA digunakan untuk menguji kemampuan literasi, numerasi, dan sains. Kemampuan literasi bertujuan untuk mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Sementara itu, konsep dasar numerasi adalah peran matematika dalam kehidupan sehari-hari dan menggunakan konsep dan prosedur matematika dalam permasalahan. Terakhir, literasi sains dalam PISA didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam semesta dan perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia.
Dalam kegiatan tersebut, dikenalkan pula mengenai langkah-langkah dalam menyusun soal PISA untuk melatih dan membiasakan peserta didik dalam menghadapi tipe soal yang akan disajikan dalam tes PISA. Dalam hal ini, kita dikenalkan pada istilah Microlearning, yaitu langkah mengajarkan sesuatu dengan konten yang lebih sempit, tetapi mendalam. Microlearning berfungsi untuk menganalisis karakteristik dari materi dan menarik benang merahnya. Ciri pengajaran berbasis Microlearning, antara lain: singkat, granularity (materi singkat dan tujuan terfokus), dan variatif. Di samping itu, komponen dalam penyusunan soal PISA adalah stimulus berupa teks, tabel, kolom, dan poster; steam berupa pertanyaan atau pernyataan; dan option berupa butir pengecoh. Harapannya, setelah mengikuti kegiatan ini, Bapak Ibu Guru dapat bahu-membahu untuk menyukseskan proses dan perolehan skor PISA di Indonesia, terkhusus di SMP Negeri 7 Yogyakarta. (td)