Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 7 Yogyakarta untuk siswa kelas 7 merupakan sebuah langkah nyata dalam memperkuat karakter dan pemahaman siswa terhadap pentingnya menjaga kesehatan jiwa dan raga. Dengan tema "Bangunlah Jiwa dan Raganya" serta subtema "Mencegah Perundungan Dunia Maya", projek ini diikuti oleh 192 siswa. Bapak dan ibu guru yang mengampu di kelas 7 bertindak sebagai fasilitator, mendampingi siswa dalam berbagai kegiatan yang berlangsung dari Selasa, 2 Januari 2024, hingga Jumat, 12 Januari 2024.
Projek ini diawali dengan Pre-Test, di mana siswa mengerjakan soal-soal terkait dengan perundungan dunia maya. Tujuan dari pre-test ini adalah untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai isu yang diangkat dalam projek. Selanjutnya, kegiatan "Kenali Perundungan Dunia Maya" mengajak siswa untuk mengidentifikasi hal-hal yang menjadi permasalahan bersama terkait dengan perundungan di dunia maya. Melalui diskusi dan pengamatan, siswa belajar mengenali bentuk-bentuk perundungan yang sering terjadi di lingkungan digital mereka.
Kegiatan "Jika Aku Jadi Kamu" dirancang untuk menggali olah rasa siswa, memperkuat kepekaan emosional mereka, dan meningkatkan kesejahteraan emosi. Dalam sesi ini, siswa diajak untuk merasakan posisi orang lain, memahami perasaan dan emosi yang dialami oleh korban perundungan. Hal ini diharapkan dapat membangun empati dan kepedulian mereka terhadap sesama.
Sesi berikutnya, "Temukan Perundungan di Sekolah," mendorong siswa untuk menganalisis masalah perundungan yang terjadi di sekolah mereka sendiri. Melalui peta konsep, siswa menjawab pertanyaan 5W+1H (What, Why, When, Where, Who, How) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang situasi perundungan di sekolah. Hasil analisis ini kemudian diolah menjadi peta konsep yang membantu mereka memahami dan mencari solusi atas masalah tersebut.
Dalam kegiatan "Aku Belajar dari Kamu," siswa mendengarkan talk show dari pembicara tamu yang menjelaskan akibat perundungan terhadap kesehatan jiwa dan raga. Melalui sesi ini, siswa mendapatkan wawasan mendalam tentang dampak negatif perundungan, baik dari sisi psikologis maupun fisik, sehingga mereka semakin termotivasi untuk mencegah dan menanggulangi perundungan.
Kegiatan "Apakah Aku Seorang Perundung?" membantu siswa mengidentifikasi karakteristik perundung dan korban perundungan. Siswa diajak untuk merenung dan menilai diri mereka sendiri, apakah mereka pernah terlibat dalam tindakan perundungan atau menjadi korban. Refleksi ini penting untuk membangun kesadaran diri dan mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Kreativitas siswa diuji dalam kegiatan "Kolase Mencegah Perundungan Dunia Maya." Di sini, mereka merancang, menentukan, dan membuat kolase yang menggambarkan cara-cara mencegah perundungan di dunia maya. Kolase ini menjadi media visual yang edukatif, sekaligus sarana bagi siswa untuk mengekspresikan ide dan gagasan mereka.
Pada tahap selanjutnya, siswa merancang dan memproduksi film bertema mencegah perundungan dunia maya. Dalam kegiatan "Pembuatan Film," siswa belajar membuat judul dan konsep film, merancang tim produksi, memilih pemain, menulis naskah, hingga memproduksi dan mengedit film. Proses ini mengajarkan mereka tentang kerja tim, kreativitas, dan teknik dasar pembuatan film. Siswa juga membuat poster film dan mendirikan studio sederhana untuk penayangan film. Adapun judul-judul film yang mereka buat antara lain “Kelemahan Dibalik Kekejaman”, “Bullying” (dalam lingkungan sekolah), “Bully” (menarik seseorang ke bawah, tidak akan membuatmu mencapai puncak), “The Bully and Their Victim”, “Bullying”, “Rapuh”, “Setara”, “Anak Baru Korban Bullying”, serta “Ola, Si Korban Bullying”.
Puncak atau disebut Panen Raya dari kegiatan ini adalah penayangan film dari setiap kelompok di studio sekolah. Siswa sangat antusias menonton hasil karya mereka sendiri bersama teman-teman dan guru. Film-film tersebut tidak hanya luar biasa dari segi teknis dan kreativitas, tetapi juga sarat dengan pesan moral yang kuat tentang pentingnya mencegah perundungan dunia maya. Penayangan ini menjadi momen yang sangat berarti, menunjukkan betapa luar biasa kreativitas dan usaha yang telah mereka lakukan selama projek berlangsung.
Setelah penayangan film, kegiatan dilanjutkan dengan "Seberapa Jauh Aku Melangkah," di mana siswa melakukan aktivitas fisik dan menulis refleksi berdasarkan kriteria elemen profil pelajar Pancasila. Sesi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk merenungkan pencapaian mereka dan mengukur sejauh mana mereka telah menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan selama projek.
Sebagai tindak lanjut, siswa diajak untuk melakukan aktivitas fisik, sosial, dan ibadah secara seimbang melalui doa bersama. Mereka juga menuliskan aksi sederhana sebagai tindakan lanjutan dari projek ini, memastikan bahwa nilai-nilai yang telah dipelajari terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang berharga, tetapi juga membentuk karakter siswa menjadi lebih baik sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Melalui analisis, refleksi, dan kreativitas, siswa memahami pentingnya menghargai perbedaan, mengembangkan empati, dan menjaga keseimbangan antara jiwa dan raga. Interaksi aktif dengan guru dalam suasana kolaboratif memperkuat rasa kebersamaan dan semangat gotong royong. Projek ini menciptakan generasi muda yang cerdas, berintegritas, dan berwawasan kebangsaan, serta siap menghadapi tantangan masa depan dengan sikap positif dan konstruktif. (RPR)