
Apakah kalian pernah merasakan? Saat kau ingin berteriak namun, tak ada seorang pun yang mau mendengarnya. Jika kau pernah, itulah yang aku rasakan saat ini.
Hari yang melelahkan. Hari dengan segala tekanan. Dan tekanan itu seolah-olah membuatku terperosok masuk ke dalam bumi beribu-ribu meter dalamnya. Tak terasa sudah 20 menit aku berjalan. Aku sudah sampai dirumah. Kubuka pintu rumah dengan sangat perlahan, "Pelangi?" kudengar suara sapaan hangat yang datang dari mulut seseorang. "Bunda sudah lama lho nunggu kamu, Pelangi. Kok tumben pulangnya sore sekali?", tanya bunda. "Disekolah ada acara bun",jawabku ,"Disekolah gimana? Baik?", tanyanya lagi. Ku anggukkan kepala sambil tersenyum menghadapnya lalu kuhembuskan nafasku dalam-dalam, seketika, Bunda menghampiriku, meraihku dalam pelukkan hangatnya.
Rasa hangat tak lengkap rasanya, jika aku tak pergi ke tempat yang biasa kudatangi. Tempat dimana aku selalu menghabiskan waktu sore disana. Kulangkahkan kakiku menuju tempat duduk taman yang biasanya selalu menemaniku di dalam kesendirianku. Tetapi, aku melihat ada seseorang yang menempati tempat dudukku, yang setiap sore selalu menemaniku menghabiskan waktu luang. Dengan langkah lunglai, kuputuskan untuk pergi dari taman itu. Baru saja empat kali kulangkahkan kakiku, tiba-tiba. "Hei, tunggu kamu mau kemana?", kubalikkan badanku dengan sangat cepat, kulihat seorang laki-laki yang sedang berdiri lalu menghampiriku. "Hei, namamu siapa? aku Senja", tanyanya, "Pelangi", jawabku singkat, "Udah ya, aku mau pulang", tanpa banyak kata-kata, kuputuskan untuk pergi dari taman itu, kulangkahkan kakiku meninggalkan Senja yang sendirian.
Sejak hari itu Pelangi jarang sekali pergi ke taman. Rasanya rindu sekali, yang sudah lama menjadi tempat untuk menghabiskan waktu sorenya. Pada sore itu juga kuputuskan untuk pergi ke taman. Sesampai ditaman kulihat seseorang yang sepertinya sudah lama sekali menunggu. Saat ia melihatku, tiba-tiba ia langsung menghampiriku. Tak lain lagi ia adalah Senja. "Pelangi, aku punya sesuatu untukmu", ucap Senja ,"Apa?", tanyaku ,"Ini buat kamu", ucapnya lagi ,"Surat apa?", tanyanya lagi ,"Udah ambil aja, nanti kalau udah sampai dirumah baru dibuka", jawabnya. Sore itu aku duduk bersamanya disebuah taman, menanti senja yang sebentar lagi masuk ke perapiannya.
Sesampai dirumah kubuka surat pemberian Senja.
"Pelangi adalah kebahagiaanku, tetapi aku lebih menyukai senja dari pada pelangi. Karena pelangi selalu pergi dan entah kapan kembali lagi. Sedangkan senja, pergi dan berjanji untuk datang kembali pada keesokkan harinya"
Aku terkesan dengan apa yang telah ia lakukan. Hidupku yang dulunya gelap, sekarang menjadi lebih berwarna.
Hari berganti hari, tak terasa sudah hampir dua minggu aku mengenal Senja. Dari dirinya aku belajar, dan dari dirinya pula aku melewati hari-hari yang sangat indah, yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Seperti biasa, saat sore hari aku selalu menemui Senja ditempat biasa. "Pelangi, aku mau bicara sesuatu sama kamu." ,ucap Senja ,"Apa", tanyaku sambil terheran-heran ,"Besok aku harus balik ke Jakarta, soalnya libur kuliahku udah selesai", aku terbelalak kaget, betapa bodohnya aku, selama ini aku tak tahu kalau Senja kuliah diJakarta. "Tak perlu takut, walaupun aku diJakarta, kamu bisa kirim surat kok buat aku, besok aku bakal balik lagi kesini, aku janji", seketika Senja langsung memelukku dengan sangat erat.
Sore itu, aku duduk disebuah taman. Mungkin sore ini adalah senja terakhir bagiku. Aku tak akan pernah melupakan sore itu, selamanya akan tertanam dalam ingatanku.
Dipenghujung senja sore hari ini, aku masih menanti sebuah kabar, dan aku tak tahu harus berapa lama lagi aku menunggu.
Oleh: Riski putra/ 7C