“Nyoo.. Ra, tak kei klambine Nathan seng gupak getih. Bar gelut mau wong e!”, Kejora kaget saat mengetahui bahwa Nathan, pacarnya bertengkar lagi. Ini bukan kali pertama Nathan berkelahi seperti ini, Kejora hanya tak suka dengan sikap Nathan yang selalu terbawa emosi tanpa memikirkan akibatnya terlebih dahulu. “Saiki Nathan ngdi, Raf?”, kejora khawair dengan kondisi Nathan, “Neng ruang BK”, jawab Rafli lalu pergi meninggalkan kelas Kejora.
Tanpa pikir panjang Kejora menyambar seragam Nathan yang bersimbah darah itu, lan langsung lari menuju toilet. Shita pikir, kali ini Kejora akan marah pada Nathan, ia pun berusaha menahan Kejora agar tak pergi, “Ra, lo nggak boleh gegabah! Kalo lo mau marah, sekarang bukan waktu yang tepat Ra!”
“Opo tho, Ta? Aku ki ameh ngeresiki klambi sekolah e Nathan iki, lho!”
“Oo... gue kira lo mau marah sama Nathan. Trus ngeresiki itu apa?”, Kejora yang mulai kesal karena Shita tidak mau memberinya jalan, “Ngeresiki itu ngebersihin, Shita! Paham?”
“Iya, iya, gue paham!”
“Yaudah, sekarang anterin gue ke toilet trus ke kelasnya Nathan”,
“Siap, Nona!”. Mereka berdua pergi ke toilet sekolah untuk membersihkan bekas darah di seragam Nathan.
~###~
“ Nathan! Ibu itu sudah capek sama kelakuan kamu yang kelewat batas ini! Ini sudah tidak bisa di toleransi lagi, sekarang berikan pada orangtua mu dan suruh mereka datang ke sekolah besok pagi!”, perintah Bu Har, selaku guru BK di SMA Bhakti Pertiwi II. “Dan kamu juga Ardi, beri surat panggilan ini pada orangtua mu dan suruh mereka menemui Ibu besok!”
Nathan masih diam tak bersuara, bibirnya kelu, tenggorokannya terasa tersekat, dan keringat mulai mengucur deras. Walau ruangan ini ber-AC, tapi tak mampu menyembunyikan rasa marah Nathan. Bukan Nathan takut dengan surat panggilan itu, tapi dia sangat malas berurusan dengan ayahnya. Semenjak ayahnya memilih orang lain dan meningalkan bunda Nathan, hati Nathan beku. Ia tidak lagi mampu merasakan kasih sayang orangtua namun, semenjak dia mengenal Kejora hidupnya jadi lebih baik. Dia bisa merasakan arti kasih sayang meskipun, kadang ketika bertemu ayahnya, Nathan akan kembali membenci orang itu.
“Orangtua saya nggak akan kesini, bu. Dia nggak akan datang!”, ujar Nathan tegas. “Pokoknya Ibu nggak mau tahu, orangtua harus datang kesini atau kamu Ibu skors selama 3 hari?!”, bentak Bu Har.
“Itu lebih baik, bu. Kalau begitu saya memilih diskors saja.”
“Wealahdalah... yaudah karena kamu memilih untuk diskors, maka hari ini juga kamu saya pulangkan lebih awal”. Nathan merasa tidak keberatan jika harus di pulangkan lebih awal. Toh, dia hanya ingin menyampaikan kepada Kejora bahwa dia baik-baik saja, hanya diskors 3 hari tak ada yang perlu di khawatirkan.
Setelah urusan dengan ruang BK selesai, Nathan memutuskan untuk kembali ke klas XII IPS 2 disana teman temannya sudah menunggu kedatangnnya.
“Woyy... Nathan! Gimana tadi dapet sarapan plus makan siang dari BK?”, tanya Davin, teman sekelasnya.
“Yoi, mantab bro! Gue dapet bonus pulang awal”,
“Lo diskors lagi, Nath?”, kali ini Juna yang penasaran
“ Iyalah, kan gue murid istimewa jadi ya udah biasa kalo dipulangin lebih awal”, tak ada raut kecewa dari muka Nathan.
“ Itu mah bukan murid istimewa, emang elo nya aja yang badboy!”
“Hahaha..... iya juga ya, gue kan badboy. Badboy kalo di tinggal Kejora!”, Nathan menaik-turunkan alisnya.
“Idih.... Bucin ya lo sekarang? Pasti gara-gara Kejora nih, ketua geng RAVISPA kita jadi bucin”, ujar Adnan dengan maksud untuk menggoda Nathan. “Ya enggaklah apapun yang terjadi gue akan selalu jadi ketua RAVISPA”, ucap Nathan bangga.
“Jadi, Kejora di lupaini, nih? Buat gue aja ya, lumayan buat koleksi mantan”, ujar Davin yang terkenal playboy di geng RAVISPA.
“Lu kira aksesoris, dijadiin koleksi? Ini Kejora, man!”
“Iya, gue bercanda kali, Nath! Jan marah ya”, Davin mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf ‘V’ yang dibalas tatapan tajam dari Nathan.
“Yaudah, gue cabut duluan ke Warjok. Bye, selamat sekolah kawan-kawan”.
Siang itu, mereka sedang berkumpul di warjok (Warung Pojok) milik Ibu Iyem. Disana mereka bebas untuk melakukan apa saja, merokok di sanapun tidak akan kena hukuman karena tempatnya yang berada di kampung penduduk. Ketika sedang bersenda gurau, Nathan melihat Kejora yang berjalan kearah Warjo buru-buru Nathan menghampiri Kejora sambil berlari. Ia ngin mengajak Kejora jalan-jalan sore ini, tapi belum sempat Nathan megatakan keinginannya, Kejora sudah dulu berkata
“Nathan, kita perlu bicara! Ini penting!”, Nathan hanya mengangguk kecil dan mengikuti kemana kekasihnya ini akan membawanya. Ternyata gadis cantik itu mebawa Nathan ke belakang sekolah.
“Mau ngomong apa, kok harus ngejauh? Minta cium ya?!”, Nathan mencoba menggoda kekasihnya itu
“Nggak! Ini serius Nath, kenapa tadi kamu bertengkar lagi? Sama Ardi pula, emang nggak bisa apa di omongin baik-baik?!”, amarah yang sedari tadi dipendamnya kini keluar juga. Kejora kesal bukan main dengan kelakuan Nathan.
“Kamu tau dari mana kalo aku berantem sama Ardi??”, Nathan binggung dengan Kejora yang sudah tau dia berkelahi sama Ardi.
“Kamu nggak perlu tau aku dapat informasi dari mana. Pokoknya aku nggak mau kamu berantem kayak gitu lagi.”
“Kamu tau nggak sih, aku panik, aku bingung, aku takut kehilangan kamu, kalo kamu luka gimana?”
“ Kamu tuh, ya nggak pernah berubah! Tetep sama aja. Kalo kamu di keluarin dari sekolah gimana? Mau kamu? Aku tu sayang sama kamu, ak-“, air mata Kejora
“Maaf,” potong Nathan. Dia menyesal sudah membuat Kejora marah.
“Maaf. Udah buat kamu marah-marah. Maaf, aku udah buat kamu khawatir, udah bikin kamu nangis.”
“Kamu tuh, kenapa sih? Kenapa kayak gini! Pokoknya kau nggak akan maafin kamu. Kamu pikir aku bakal langsung maafin kamu gitu?! Nggak akan!,” bentak Kejora.
“Aku kan udah minta maaf, Ra. Lagipula ini cuma kesalahpahaman doang kok,udah Ra kamu jangan nangis. Aku janji nggak bakal berantem lagi. Aku janji!”, Nathan merangkul sebagian bahu Kejora supaya lebih tenang. “Aku janji nggak bakal bikin kamu nangis kayak gini”.
“Kamu janji ya..” pinta Kejora
“Iya, aku Nathan Arsenio Ibrahim ini berjanji”, mereka saling menautkan kelingking. Kejora berharap ini aku jadi janji Nathan yang tak teringkari, mengingat Nathan selalu membuatnya khawatir.
part.01
oleh: Ernesta / 8C