Selamat Datang di website resmi SMPN 7 YOGYAKARTA
ALONE
ALONE
1 Apr 2022

          Tierra adalah anak yatim-piatu. Ia hidup di panti asuhan yang sudah membesarkan dirinya sejak umur enam tahun. Ia sudah menganggap panti asuhan tersebut sebagai rumahnya sendiri. Walaupun begitu, ia tak mempunyai teman di panti asuhan. Mereka tak ingin berteman dengan Tierra sama halnya dengan di sekolah. Ia juga tak mempunyai teman di sekolahnya. Mereka semua memandang rendah Tierra, hanya karena Tierra murid beasiswa dan juga tinggal di panti asuhan. Bahkan ia sering dirundung oleh murid-murid di sekolahnya. Tapi ia hanya diam saja, tak melawan. Ia sudah terbiasa hidup sendiri tanpa seseorang satupun di kehidupannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Sendiri dalam kesepian yang menyelimuti hidupnya.

          Keesokan harinya, Tierra berangkat sekolah. Ia merasa ada yang berbeda dengan sekolahnya. Bukan karena sekolahnya berganti cat atau sebagainya. Tapi karena kelas sebelahnya sangat ramai. Sampai ia sulit sekali untuk masuk ke kelasnya. Ia penasaran dengan penyebab keramaian tersebut. Namun, ia tak terlalu peduli dengan itu semua.

          Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi, ia mengemas semua peralatan sekolahnya. Ketika ia sudah ingin keluar kelas, tiba-tiba saja ia diseret oleh beberapa murid yang suka merundungnya. Ia dibawa ke lapangan yang penuh dengan daun yang berserakan.

          "Cepat kau bersihkan lapangan ini dan jangan bilang pada guru jika dirimu yang membersihkannya," salah satu murid tersebut menyerahkan sapu ijuk kepada Tierra. Tierra yang disuruh begitu pun menghela napas panjang. Ia pun tak dapat menolak, saat ia ingin mengambil sapu ijuk itu, tiba-tiba seorang murid datang dan berkata,

          "Jangan mau! Biarkan mereka saja yang membersihkan ini semua, lagipula ini hukuman untuk mereka!"

          Semua murid tersebut termasuk Tierra menengok ke arah sumber suara dengan raut muka terkejut kecuali Tierra yang bingung. Lalu murid yang dipandang macam itu pun langsung membawa Tierra keluar dari sana tanpa persetujuan Tierra terlebih dahulu. Tierra yang ditarik oleh murid asing itu pun hanya bisa pasrah saja.

          Mereka telah sampai di depan sekolah tempat biasa menunggu jemputan. Sampai saat ini mereka berdua hanya diam. Hingga sebuah suara memecah keheningan diantara mereka.

          "Kenapa kau tak melawan? Jangan diam saja saat dirimu diintimidasi oleh mereka!" ucap murid tersebut dengan nada marah.

          "Aku tak dapat melawan mereka," kata Tierra.

          "Kenapa? Kau punya hak untuk melawan! Jangan diam saja seperti robot yang selalu mau disuruh-suruh!" ucap murid tersebut dengan nada sedikit membentak.

          Tierra tak berani menjawab lagi. Ia merasa seperti sedang dimarahi oleh Ibu pantinya. Hingga dia hanya bisa menundukkan kepalanya saja, tak berani menatap mata tersebut. Murid asing tersebut ketika melihat Tierra yang ketakutan pun merasa bersalah karena sudah membentaknya.

          "Maafkan aku, aku tak bermaksud membentak dirimu," ucap murid tersebut dengan nada bersalah. Tierra yang mendengarnya pun merasa lega.

          "Siapa namamu? Kenalkan namaku Jingga!" ucap Jingga dengan semangat. Tierra yang mendengarnya pun terkejut, ini pertama kalinya seseorang berkenalan dengannya. Tierra hanya membulatkan matanya tanpa ada niat ingin menjawab, ia benar-benar terkejut. Jingga yang pertanyaannya tak dijawab pun bingung, apalagi dengan raut muka Tierra yang sangat terkejut.

          "Hei!" sahut Jingga menyadarkan Tierra.

          Tierra pun menjawab dengan gugup, "Ah, namaku Tierra, salam kenal!"

          Jingga yang mendengarnya pun tersenyum. "Oke Tierra, mulai saat ini kita teman, ya!" jawab Jingga dengan antusias. Mulai saat itulah mereka berteman.

          Hari berganti menjadi bulan, bulan berganti menjadi tahun. Sudah 2 tahun Tierra dan Jingga berteman. Dan saat itulah Tierra tak lagi dirundung oleh murid lainnya dan ia tak merasa sendiri lagi. Karena sekarang ia sudah mempunyai teman. Jingga adalah teman yang ia punya selama ini. Jingga sangat mengerti Tierra dan Tierra pun sangat mengerti Jingga. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Namun sudah seminggu lebih Jingga tak masuk sekolah. Tierra pun tak tahu alasan dibalik tersebut. Bahkan ketika Tierra datang ke rumah Jingga, rumah itu kosong seperti tak berpenghuni. Tak tahu mengapa hatinya sangat gelisah. Jingga tak pernah pergi tanpa mengabari Tierra, tapi kali ini Jingga pergi entah kemana tanpa mengabarinya.

          Sudah saatnya pulang sekolah, tapi Tierra terlihat sangat lesu. Ia tak bersemangat. Ketika ia sampai di gerbang sekolah, ada seorang Bapak-bapak yang menghampiri dirinya. Ia mengenali sosok itu, ia adalah supir Jingga. Bapak tersebut memberi kabar yang membuat Tierra terkejut. Seketika matanya memanas, air sudah menggenang dipelupuk matanya. Tierra dibawa ke sebuah pemakaman oleh si Bapak supir. Seluruh tubuh Tierra menegang, wajahnya memucat, dan lidahnya terasa kelu ketika ia sudah sampai di pemakaman itu. Tepat dihadapannya ada sebuah nisan atas nama Jingga. Tierra yang melihatnya tak percaya. Dunianya seakan berhenti. Ia tak dapat memahami situasi ini. Apa maksudnya? Apakah dia dijahili oleh sahabatnya itu? Tapi rasanya seperti nyata. Ketika Tierra sedang berkecamuk dengan pikirannya, Bapak supir tersebut memberikan Tierra sebuah surat. Yang diduga dari Jingga dan benar saja tertulis bahwa surat tersebut dari Jingga.

Hai Tierra!

Apa kabar? Bagaimana keadaanmu selama diriku di rumah sakit? Maaf diriku tak pernah menceritakan penyakitku kepadamu. Karena aku tak ingin membuat dirimu khawatir. Aku mengidap penyakit kanker otak stadium 4. Kau ingat waktu diriku tiba-tiba muntah? Dan kau ingat ketika diriku kejang-kejang?. Ya, itu gejala-gejala yang ku alami. Mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tenang diatas sana. Maaf jika selama ini aku belum bisa menjadi sosok sahabat yang baik untukmu. Ku doakan kau mendapatkan sahabat yang lebih baik dari diriku. Oh iya, sering-sering berkunjung ke tempat peristirahatan terakhirku ya! Dan jangan lupa membawa bunga tulip merah, ya!.

Sahabatmu, Jingga.

          Pada akhirnya, Tierra sendiri lagi. Menjalani kehidupannya seorang diri tanpa didampingi seorang teman. Ia mengerti sekarang, bahwa manusia pada akhirnya akan hidup sendiri. Walaupunpun bertemu dengan seseorang, pada akhirnya akan ada perpisahan. Semuanya sendiri, begitupun dengan dirinya.

 

Karya:

Adinda Raisha Putri Pratama

Terkait
Gurat Biru dalam Ragam Hias (3)
8 Mei 2022
Dalam permukaan piring kayu terlihat 3 objek gubahan hewan bebek yang dibuat menonjol atau dijadikannya sebagai centre point dengan menerapkan kaidah-kaidah vignette (framing). Masih pada nuansa biru yang dominan, tercipta…
Si Anak Pantang Menyerah
7 Sep 2022
Namanya Ayano, dia adalah salah satu murid SMA Indah Jaya. Ayano adalah murid yang baik hati, ia selalu menolong sesama dan tidak suka berbohong, walaupun Ayano adalah orang yang kekurangan.…
Kopyah untuk Ayah
21 Feb 2020
Di pinggiran  kota dengan padat penduduk, tinggalah keluarga kecil nan miskin. Keluarga itu terdiri dari ayah dan seorang anak perempuannya. Ayah itu bernama Pak Daud dan putrinya bernama Risa. Pak…
Angel yang Baik Hati
6 Jul 2022
Pada suatu hari hiduplah seorang anak yang bernama Angel. Angel duduk di bangku kelas 2 SMP. Angel merupakan siswa pintar di kelasnya. Jadi, tak jarang banyak siswa yang iri kepadanya.…
Mengasuh Anak-Anak MTC
23 Nov 2022
Iruma Jyuto, 29 tahun dan bekerja sebagai polisi. Entah sejak kapan, pria dengan surai coklat yang disisir ke samping itu mendapat pekerjaan sampingan baby sitter. Jyuto masih single meski umurnya…
Gurat Biru dalam Ragam Hias (1)
8 Mei 2022
Karya ragam hias kali ini nampak kuat dengan menonjolkan garis-garis tebal dan penggunaan warna yang tegas nan kontras.  Yaitu karya dari Raditya Dwindra Pramudya (VII A). Ragam hias dengan motif…
Wavensy
13 Feb 2020
Kelas masih sepi hanya hujan yang menemaniku. Sembari menunggu teman lain dating, aku rebahkan kepalaku di atas meja dengan earphone di telingaku.  Ryan~…  Aku menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Aku kembali…
Bidadari Tribun
18 Sep 2019
Gollll....!! sorak dari seluruh suporter di dalam Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Dum ... dum ... dum ... dum ... dum ... PSIM suara nyanyian para suporter PSIM. Semua bergembira ria…
Aku Dan Kucing Kecilku
8 Mar 2023
Suatu hari, Aku dan Keluarga beliburan ke Desa. Suatu pagi, aku bermain dengan teman teman di Desa. Aku dan teman teman bersepeda Pagi mengelilingi sawah. Udaranya sangat sejuk, jadi aku…
Sahabatku Iri Hati
31 Agu 2022
Namaku Putri Jasmin, aku sangat senang dengan pelajaran Bahassa Indonesia dan Biologi. Aku mempunyai sahabat yang unik bernama Jihan, dan aku bingung dengannya, dikarenakan sahabatku orang yang sanagt sensitif .…
Media Sosial
Karya Siswa
SMPN 7 Yogyakarta
Jalan Wiratama 38, Daerah Istimewa Yogyakarta. 55752
Telepon: (0274) 561374
Faksimili: (0274) 561374
Email: smp7yk@gmail.com