Selamat Datang di website resmi SMPN 7 YOGYAKARTA
Bunda
Bunda
3 Okt 2019

Pada pagi hari

            “Sasa, ini sarapannya udah siap” panggil bunda.

“iya Bun,” jawab Sasa.

ia segera turun dengan menggunakan seragam abu-abu putih dan membawa tasnya. “Bun, ayah mana?” tanya Sasa sambil mengambil satu roti tawar dengan selai coklat.

“Ayah sedang menyiapkan berkas untuk meeting nanti,” jawab Bunda.

            “Pagi Ayah,” sapa Sasa dengan senyum lebar.

“Pagi saying,” jawab ayah Sasa sambil mengelus kepala Sasa. Ayah Sasa pun segera duduk dan memakan roti tawar yang sudah disiapkan bunda. Setelah selesai sarapan, Sasa langsung diantar ayahnya menuju sekolah.

            Sasa adalah seorang anak pengusaha besar, ia juga bersekolah di SMA yang mayoritas  tergolong anak kaya. Sasa dudu di kelas 12 IPA 1 bersama ketiga sahabatnya yang bernama Rani, Caca, dan Dina. Sasa juga berprestasi di sekolah, tetapi dia tidak pernah sombong.

            Pada saat pulang sekolah Sasa mendapat kabar buruk dari bundanya melalui telepon. Bunda berkata bahwa ayahnya menggalami kebangkrutan, karena salah satu pegawainya terbukti korupsi dengan menggambil semua uang perusahaannya dan membawa kabur. Ayah Sasa tidak menyangka teryata pegawai yang ia percayai telah mengkhianatinya. Ayahnya mengalami serangan jantung dan harus segera dioperasi. Sasa kaget, ia pun menjatuhkan teleponnya.

“Kenapa Sa?”tanya Dina, Caca, dan Rani serentak.

“A a a ayahku kena serangan jantug,” jawab Sasa dengan mengeluarkan air mata.

“Aku harus segera ke rumah sakit” kata Sasa.

Sasa dan sahabatnya segera pergi ke rumah sakit dengan menggunakan mobil Dina yang sudah ditunggu sopirnya di depan gerbang sekolah.

“Tenang Sa, kamu harus kuat,” dukung Dina.

Sasa hanya terdiam dan tetap menangis sambil memeluk Dina, sahabatnya. Sampai di rumah sakit depan ruang operasi, Sasa langsung memeluk bundanya.

“Bun, ayah gimana?”tanya Sasa.

Bunda Sasa terdiam sambil mengelus kepala Sasa.

Dua jam kemudian,

Operasi pun selesai, Sasa dan bundanya beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri dokter yang keluar dari ruang operasi.

“Bangaimana Dok?” tanya bunda Sasa.

“Operasinya berjalan dengan lancar, pasien akan segera dipindahkan ke UGD,” jawab dokter.

Sasa, bundanya, dan ketiga sahabatnya menuju ruang UGD.

Waktu terus berjalan, ketiga sahabat Sasa pamit pulang karena sudah malam. Sebelum pulang mereka memeluk Sasa dan menyemangati Sasa.

“Yang sabar ya Sa!” hibur Caca.

“Makasih ya udah mengantar Sasa ke sini,”ucap bunda Sasa.

“Sama-sama Tante,” jawab ketiga sahabat Sasa bersamaan.

           

Pada saat malam menjelang pagi ayah Sasa pun sadar. Sasa yang sedang tidur di samping ayahnya, tiba-tiba memegang kepala Sasa. Sasa terbangun dan langsung membangunkan bundanya yang tidur di samping Sasa.

“Bun, ayah udah sadar,” sapa Sasa menggoyangkan tangan bundanya dengan muka senang.

Bunda pun terbangun dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa ayah Sasa.

           

Tiga hari setelah ayahnya sadar, keadaannya semakin membaik.

Hari ini Sasa  memutuskan untuk berangkat sekolah karena sudah  tiga hari tidak berangkat, ia khawatir ketinggalan pelajaran.

Jam pulang sekolah pun tiba ...

Sasa segera meluncur ke rumah sakit untuk menengok ayahnya. Ia berharap semoga ayahnya cepat sembuh dan kembali sehat seperti dulu, tetapi takdir berkata lain. Ayah Sasa mengalami kontraksi dan akhirnya meninggal. Sasa dan bundanya terkejut dan menangis di hadapan ayahnya.

            Selesai pemakaman ayahnya, Sasa dan bundanya pulang ke rumah. Karena perusahaannya bangkrut, rumah Sasa disita oleh bank dan ia harus pindah ke rumah yang lebih kecil dari sebelumnya. Sasa sangat sedih karena di rumah yang lama banyak kenangan dengan ayahnya, tetapi ia tidak punya pilihan lain.

Di rumah yang baru, bunda Sasa memutuskan untuk bekerja sebagai penjahit. Bunda Sasa ingin memindahkan Sasa dari sekolah yang lama ke sekolah yang lebih murah, karena bunda Sasa tidak sangup membayarnya Tetapi Sasa tidah setuju dengan kepindahan ini. Sasa terus menolak dan menolak tetapi bundanya terpaksa, sehingga Sasa pun dipindahkan. Sasa sangat tidak menyukai sekolah barunya,ia belum mendapatkan teman yang seperti ketiga sahabatnya. Kejadian itu membuat Sasa selalu marah-marah kepada bundanya, tetapi bunda Sasa selalu sabar dan berjuang agar anaknya bisa tetap sekolah. Sifat Sasa semakin hari semakin berubah, ia sering marah-marah.

Suatu saat Sasa mendapat teman di sekolah barunya, tetapi temannya membuat pengaruh buruk kepada Sasa. Ia sering sekali pulang larut malam.

Bunda Sasa tidak hanya bekerja sebagai penjahit, tetapi ia juga bekerja sepagai pembantu rumah tangga di rumah orang lain. Setiap hari Sasa selalu membentak bundanya dengan munyuruh inilah itulah, dan suatu saat Sasa meminta motor kepada bundanya. Bundanya pun berusaha untuk membelikan motor untuk Sasa dengan mencari pekerjaan tambahan yaitu sepagai pegawai laundry.

Akhirnya uang untuk membeli motor terkumpul, motor pun dibelikannya. Teryata motor itu digunakan untuk hal yang negatif yaitu mengikuti balapan liar di jalanan dengan teman barunya. Bunda Sasa selalu menasihati Sasa  karena kawatir Sasa kenapa-napa, tetapi nasihatnya tidak didengar. Akhirnya Sasa tertangkap polisi karena balapan liar itu. Sasa sangat sedih dan takut, ia meminta tolong kepada ibunya untuk membebaskannya. Bunda Sasa berusaha mencari uang ke sana sini tetapi tidak berhasil karena biaya untuk menjamin anaknya sangat mahal.

Suatu saat bunda Sasa melihat ada seseorang yang kecopetan. Bunda pun menolong orang itu dengan melemparkan kayu kearah copet dan mengenai punggung pencopet, sehingga copet tersebut pingsan dan dibawa ke kantor polisi oleh warga.

Bunda Sasa terkejut ternyata sessorang itu adalah teman dari ayah Sasa, yang bernama pak Heru. Pak Heru mengajak bunda Sasa ke café dekat kejadian itu dan bertanya keadaan ayah Sasa setelah mengalami kebangkrutan. Bunda Sasa menceritakan semuanya kepada Pak Heru bahwa ayah Sasa sudah meninggal. Pak Heru juga bertanya tentang Sasa. Bunda Sasa menjawab denga sedih, karena ia membutuhkan uang untuk membebaskan Sasa dari penjara. Tak menyangka Pak Heru membatu bunda Sasa untuk mengeluarkan Sasa.

Mereka pun menuju kantor polisi dan membebaskan Sasa dari penjara. Sasa pun bebas, ia sangat senang dan langsung memeluk bundanya. Pak Heru menceritakan bahwa ia bisa bebas karena berkat pengorbanan bundanya. Sasa pun sadar bahwa kelakuan selama ini salah, ia pun meminta maaf kepada bundanya.

Akhirnya Sasa benar-benar berubah dan menjadi anak yang baik dan berprestasi seperti dulu. Ian pun juga mendapat teman yang baik seperti ketiga sahabatnya di sekolah lama.

TAMAT

Oleh Dian 8E/2019

Terkait
Tolong Menolong
26 Okt 2022
Pada suatu hari, hiduplah Kerbau di sebuah hutan. Saat pagi hari, Kerbau ke luar untuk mencari makan. Di jalan Kerbau bertemu dengan Monyet. “Hai, Monyet! Kamu mau ke mana?” tanya…
BELAJAR
31 Mei 2023
Karya: Agatha Calista Putri   Bilamana mentari menampakkan diri Ku telah siap memulai hari Tandaku bergegas tuk meraih mimpi   Tak peduli rasa malas melanda diri Meski pagi telah berganti…
PENDIDIKAN
9 Jun 2022
Tanpamu hidup ini tidak berarti Tanpamu kosonglah hati dan pikiran Tanpamu tiada masa depan dan harapan Tanpamu mau jadi apa anak negeri ini   Denganmu pasti tercapai cita-cita Denganmu terlihatlah…
Keterbatasan Teknologi
4 Jan 2023
Suasana pagi yang indah dengan semilir angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati. Dari ufuk timur,  surya kembali terbit dengan senyuman yang melekat di mulutnya. Hari ini adalah hari dimana aku akan…
Selalu Ada Alasan untuk Tetap Bersyukur
14 Des 2022
Sudah menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali, orangtuaku dan rombongannya melakukan anjangsana ke sebuah panti. Entah panti jompo atau panti asuhan. Siang ini, untuk pertama kalinya aku akan ikut…
Sihir
1 Mar 2020
Di sebuah desa yang damai, hiduplah dua saudara kembar yang memiliki kekuatan sihir. Mereka sering disebut masyarakat desa dengan sebutan Wizard. Nama mereka adalah Cassandra dan Issabilla. Walupun mereka kembar,…
Pentingnya Sebuah Ilmu
4 Agu 2023
Karya: Arkana Khoiru Nada     Walau sekolahku jauh Walau jalannya berliku-liku Semua itu ku tempuh Untuk mendapatkan cahaya ilmu   Aku tak ingin menjadi bodoh Tak bisa berhitung dan…
Totebag Painting, melestarikan kebudayaan melalui produk kreatif (1)
28 Mar 2022
Karya Radithya Dwindra Pramudya (VII A) sangat kental akan maskulinitas, baik dari bentuk ataupun warna-warna yang digunakan. Keseluruhan visual yang diciptakan dengan teknik yang amat baik tersebut menggambarkan ketangguhan, kesungguhan…
Sebuah Bolpoin
4 Apr 2023
Di sebuah sekolah menengah pertama di desa, ada anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Anak itu biasa dipanggil dengan nama Rei, ia selalu menyendiri. Anak itu selalu memasang ekspresi…
Love Scenario
13 Feb 2020
Tes. Cairan bening itu kembali menetes dari pelupuk mata Erina. Sudah tak bisa dihitung lagi, ini sudah keberapa kalinya ia menangis. Menangis dengan alasan yang sama. Pengkhianatan cinta. Ia mengusap…
Media Sosial
Karya Siswa
SMPN 7 Yogyakarta
Jalan Wiratama 38, Daerah Istimewa Yogyakarta. 55752
Telepon: (0274) 561374
Faksimili: (0274) 561374
Email: smp7yk@gmail.com