Selamat Datang di website resmi SMPN 7 YOGYAKARTA
Bunga Tulip Untukmu
Bunga Tulip Untukmu
13 Feb 2020

Hai, ini kisahku. Seorang gadis pengidap tumor jantung primer, aku tidak sekuat yang kalian bayangkan. Dan hari ini, aku akan menceritakan gelap dan terang hidupku.

"HYUNJINN.... BALIKIN HAPE GUE!!"

"Kejar dong" Ya, dia adalah Hwang Hyunjin. Sudah 2 tahun setatusnya menjadi kekasihku, rasanya menyenangkan ketika berada didekatnya. Dan dua tahun pula, hidupku lebih berwarna. Terimakasih Tuhan.

"Hyera, nih gue kembaliin" tangan Hyunjin terulur menghadapku, menyerahkan benda pipih yang senantiasa ku genggam.

"Dari tadi kek!"

"Tuhkan cantik kalo marah” pipiku memerah hanya dengan kalimat Hwang Hyunjin tadi, sungguh memuakkan. Tapi aku menyukainya, entahlah jika aku sudah menjadi ‘bucin’ seorang Hwang Hyunjin. Tak lama, sebuah notifikasi di hp ku berbunyi nyaring mengalihkan perhatianku dan Hyunjin yang sedang duduk menghadap lapangan basket. Sebuah nama seseorang yang sangat kusayangi tertera di layar utama.

‘Bang Suga'

Dek, gue udah di depan sekolah lu. Pake motor si Taehyung.

__________

Oke, jika sudah begini saatnya Min Hyera untuk kembali ke habitatnya. Meninggalkan Hwang Hyunjin yang memasang ekspresi bertanya tanya.

"Njin, gue pulang duluan ya. Bang suga udah jemput di depan".

Dengan gestur muka yang lusuh, Hyunjin mengangguk kemudian berdiri, mengikuti langkah kaki jenjang Hyera dengan berat hati. Hingga tibalah mereka di pintu gerbang.

"Makasih ya Njin, udah jagain bocah”. Kalian tidak salah, itu adalah suara Bang Suga yang ditunjukan kepada Hyunjin. Aku hanya melengos malas menghadapi gaya humor kakakku itu.

"Ati-ati ya Bang, masa depan gue itu" –Hyunjin

 

Hembusan angin sore Seoul menerpa surai legamku, seakan mereka tau penat di dalam tubuhku yang mereka terpa sejak tadi.

"Dek, seharusnya kemarin jadwal lu check up kan?", satu pertanyaan dari bang suga berhasil membuyarkan lamunanku.

"Tapi bang, kan..."

"Udah gak usah takut, gak disuntik kok", Kalimat menenangkan dari Bang Suga tak berpengaruh banyak untukku yang membenci rumah sakit. Ya, aku adalah seorang gadis yang selain mengidap tumor jantung primer, adalah pengidap phobia-pobhia aneh yang sangat menyiksaku.

Nosocomephobia

Pharmacophobia

Anginophobia

Daftar phobia itu telah menjadi bagian perjalanan delapan belas tahun hidupku. Mungkin kau akan bertanya-tanya bagaimana bisa aku masih hidup, dengan segala nama-nama penyakit aneh yang terkadang orang awam tidak tahu itu.

~~~

"Dek, abang langsung balik ke tempat Taehyung ya. Kalau ada apa-apa telpon ae”. Tadi adalah kalimat terakhir Bang Suga sebelum tancap gas meninggalkan halaman rumah kami. Aku dirumah sendiri ketika bang Suga pergi.

Ibuku sudah tiada ketika berjuang melahirkanku dan melawan tumor ganas di jantungnya. Kau bertanya dimana Ayahku? Ah sudahlah, dia adalah pria yang gila kerja. Jika ditanya ia akan menjawab 'Aku bekerja untuk anak-anakku'. Namun bahkan jika sudah bekerja, ia akan lupa jika dia memiliki 2 orang anak yang tak mendapat kasih sayang secara utuh.

Ketika aku sudah masuk kedalam kamarku yang terletak dilantai dua, aku menjatuhkan tubuhku ke sisi kanan ranjang. Entah mengapa hari ini begitu melelahkan. Namun sesuatu yang aneh terjadi, sesuatu yang sangat aku takuti kembali terjadi.

Jantungku---

Perihh.

 

Hanya frasat itu yang dapat mendeskripsikan rasa sakit yang luar biasa di bagian dada kiriku, semuanya berkolaborasi seakan siap mengambil alih kesadaranku kapan saja.

Dan benar. Tak kurang dari dua menit ketika aku terbaring, semuanya menjadi gelap. Dan rasa sakitnya mulai menghilang.

Tunggu---

Atau justru aku yang sudah mati rasa?

~~~

Aku terbangun dari tidur nyenyakku, semua bagian tubuhku menjadi lebih segar--- dan ringan.

ATAU--- APA?

Aku bisa melihat ragaku terbaring di ruang yang bertuliskan ICU dengan masih menggunakan seragam sekolah. Nafasku sedikit tercekat ketika aku benar-benar tau dimana aku sekarang. Dengan banyak alat medis yang terpasang di ragaku kala itu.

'begitu lemahkan aku?', batinku masih tidak mempercayainya.

Aku berlari keluar dari ruangan itu, dan bertemu dengan Kakaku dan Hyunjin yang menenggelamkan wajah khawatir dibalik tangan kekarnya.

"HALO!"

"BANG SUGA!"

"HYUNJINN!!"

Aku sedikit prustasi ketika menyadari mereka tidak mendengar teriakanku dengan suara lantang-- bagiku. Aku memutuskan untuk menyentuh tangan bang Suga dan Hyunjin bergantian.

Dan BOOMMM!!!

Aku tidak dapat menyentuhnya, atau dengan kata lain---- Kita sudah berbeda dimensi. Tapi---

Tubuhku didalam ICU masih dinyatakan hidup. HIDUP. Tolong garis bawahi itu.

~~~

 

Ketika aku berlarian di koridor rumah sakit beberapa hari ini yang ramai lalu-lalang para perawat, tubuhku dengan mudah melewatinya. Menembus mereka semua. Ya, bayangkan saja seorang arwah yang sudah berhari-hari mencari kebenaran Hidupnya.

Hingga disebuah koridor sepi

"Min Hyera"

Bibirku tersenyum simpul di tengah isakan tangisku saat berlari tanpa tau arah. Akhirnya setelah beberapa hari ada yang dapat memanggilku-- atau lebih tepatnya melihatku. Aku membalikkan badan menghadap seseorang yang memanggilku dengan suara lembut-- namun tegas.

Nafasku tercekat sepersekian detik ketika netraku dapat menangkap siapa yang memanggilku. Seorang wanita yang tak lagi muda, dengan jubah hitam yang melekat ditubuhnya. Atmosfer disana seakan menipis, aku kesulitan bernafas saat sosok itu melangkahkan kakinya menuju diriku yang terpaku. Aku memundurkan tubuhku ketika dia tepat berada di depan ku.

"Min Hyera, lahir dari keluarga yang kurang harmonis. Tidak mendapat kasih sayang yang utuh. Mengidap penyakit turunan. Memiliki banyak phobia aneh. Dan dicintai oleh dua laki-laki yang sangat menerimamu, Min Suga dan Hwang Hyunjin."

Mataku mulai panas mendengar penuturan dari sosok tadi, begitu rinci. Hingga aku mau tak mau bertanya, "Siapa kamu", suaraku gemetar saat mengucapkannya.

"Malaikat mautmu”. Apakah ini yang akan dirasakan orang yang akan mati? Bertemu dengan malaikat mautnya sendiri?

"Aku akan mengajakmu berjalan-jalan sebentar." Ujar wanita tadi, dengan suara misteriusnya, disertai tangan tegas yang sudah menggenggam tanganku.

“Dan tolong, jangan lepas genggaman tanganku, jika kau benar-benah tidak mau kembali kedalam ragamu.”

~~~

Disini aku sekarang, entah dimana ini. Namun aku dapat melihat sebuah pintu besar yang begitu kokoh, didalamnya terdapat taman yang ditumbuhi berbagai bunga dan rumput

 

hijau. Manusia-manusia yang ada disana tampak bersanding bersama hewan-hewan dengan syahdu.

"Hyera, seharusnya kau sudah ada disana, berkumpul dengan Ibumu ”. Benar. Kalimat itu begitu menusuk uluh hatiku.

"Namun bukan sekarang."

Entah bagaimana caranya, aku dapat melihat Hwang Hyunjin yang sedang menangis di koridor sepi rumah sakit. Benar-benar menangis, seakan menyesali perbuatannya entah apa itu. Isakannya begitu terdengar, dan tak jarang menggeram pelan. Menggumamkan namaku beberapa kali. Aku tidak bisa melihat ini lebih lama, aku memejamkan mataku. Mencegah air mata yang sudah terbendung di ekor mata legamku.

"Dia... Salah satu alasanmu masih disini. Seseorang yang senantiasa mendoakan kesehatanmu setelah kakakmu. Salah satu alasan kau belum bersama ibumu. Dia..." Wanita itu menjeda kalimatnya

"Hwang Hyunjin", tepat setelah ia mengatakannya. Pertahananku lolos, airmata yang mati-matian kubendung pecah disertai isakan dan desiran darah di dalam jiwaku semakin kencang.

"Aku memiliki pilihan, kau bisa hidup kembali bersama dua lelaki itu" lagi-lagi wanita itu menjeda kalimatnya

"Atau bersama ibumu ditempat yang dimuliakan", Desiran darah dalam tubuhku semakin kencang. Pilihan macam apa ini. Di satu sisi aku enggan meninggalkan kakakku, dan kekasihku. Namun disisi lain aku merindukan ibuku, seseorang yang 18 tahun tak pernah kulihat dengan mataku.

"Aku memilih bersama kakakku- dan Hyunjin", finalku dengan sedikit berat hati. "Baiklah jika itu memang pilihanmu, Min Hyera." Ujar wanita itu sembari memegang

dada kiriku. Entah bagaimana, pakaian hingga kuiltku terkoyak oleh kuku-kuku tumpulnya. Mengambil sesuatu yang sangat berharga dalam jiwaku, ya itu jantungku. Kau bertanya bagaimana rasanya jika jantungmu dicabut paksa dari tempatnya?

Sakit.

~~~

 

"HAHHHH"

Aku membelalakkan mataku. Tunggu---

Aku sudah kembali kedalam ragaku, apakah yang tadi hanya sebuah bunga tidur dari orang yang sekarat?

Tubuhku beberapa persen lebih baik dari kondisi awalku dirawat. Ini adalah hari ke 5 ku dirawat dengan selang-selang yang menancap di tubuhku, dan tentunya membantuku untuk hidup. Tak butuh waktu lama, Kakakku dan Hyunjin sudah berada di hadapanku. Dan entah kebetulan atau memang ini takdir, tangan Bang Suga membawa benda yang kucari

'Buku Harianku'

"Bang..”. Ucapku lirih terbatasi oleh kondisi. Bang Suga hanya menautkan kedua alisnya seolah bertanya `kenapa` dengan ekspresinya yang khawatir.

"Dua buku itu..." Ujarku sedikit kesulitan karna selang yang tertanam di tenggorokanku. "Adek mau masrahin buku itu ke Abang dan Hyunjin. Buat abang yang warna Ungu,

dan Hyunjin..."

"Buku yang satunya, tolong lanjutin buku itu kalok Hyera tidur--- nanti”. ujarku dengan susah payah, sedikit terputus oleh tarikan nafasku sendiri.

~~~

28 February 2019

  1. Seorang laki-laki yang beranjak dewasa terlihat menawan dibalik balutan tuxedo hitamnya. Begitu juga dengan lelaki lainnya, semua yang ada disana memakai baju yang senada. Hitam. Ya, hari ini adalah hari pemakaman Min Hyera. Gadis tangguh yang sangat kuat melawan kejamnya dunia.
  2. iada yang menangis disana, semuanya terlihat sudah ikhlas melepas kepergian putri mereka. Suga melihat batu nisan bertuliskan ‘Min Hyera’, satu-satunya gadis yang ia cintai. Sekarang sudah bisa berbahagia, tanpa rasa sakit, tanpa merasakan phobia-phobia sialan itu lagi.

"Jahat lu dek, ninggalin gue sendiri”. Suga tetaplah Suga, dia tidak pernah menunjukkan rasa sayangnya kepada sang bungsu. Tapi rasa sayang seorang kakak kepada adik tidak ada yang menyetarai bukan?

Kemudian, mata Suga teralih kepada batu nisan yang tepat berada disamping kanan sang adik. Nama yang selama 8 tahun bersamanya. Seseorang yang cantik, tak kalah cantik dengan adiknya.

Choi Yu Ra

1969-2000

"Hai ma, maafin abang ya gakbisa jagain adek. Tapi mamah lagi sama adekkan? Abang nitip ya, tapi dia agak cerewat ma. Sabar ya mah kalok sama Hyera."

Pemakaman sudah mulai sepi, Hyunjin yang mendengar suara Suga disampingnya tersenyum iba, ia dapat mendengar jelas isakan seorang Min Suga di tengah kalimatnya. Seorang yang dikenal dingin kepada kluarganya, bahkan teman-temannya. Sekarang sedang menangis diantara dua nisan seseorang yang sangat ia cintai.

Hyunjin menjulanng tinggi di samping kiri nisan Min Hyera, membawakan dua buket bunga dengan maknya yang berbeda. Kemudian bersimpuh tepat dismping nisan kekasihnya tersebut.

"Hyera... Kemarin tepat hari ulang tahun kamu. Tapi... Kamu ninggalin aku ”. Ujar Hyunjin diselingi kekehan yang terkesan iba.

"Ini aku bawain buket bunga tulip kesukaan kamu, sama kayak tahun-tahun sebelumnya aku selalu bawain kamu tulip putih pas kamu ultah”. Hyunjin mengucapkan kalimat itu disertai tangan kanannya yang menempatkan buket cantik tersebut diatas nisan kekasihnya.

"Dan ini..." Suara Hyunjin terputus begitu saja, ekor matanya menatap buket itu dengan tulus.

"Buket mawar merah ini, untuk mu yang udah disana. Bundaku bilang, mawar merah itu simbol cinta dan kesetiaan."

Suga dapat melihat dengan jelas pemandangan memilukan dihadapannya. Bahu Hwang Hyunjin bergetar hebat disertai isakan tanpa suara saat mengucapkan kalimat demi kalimat yang terlontar. Mata elang yang biasanya menatap nyalang siapapun, sekarang mengeluarkan airmata dengan deras, membasahi lereng pipinya, kemudian jatuh dan meresap ke tanah. Tepat dimana kekasihnya terbaring dengan tenang.

"Hyera... I promise, this red rose is not just a flower. But it is also proof of our love and loyalty. Suatu saat, kita bakal kumpul lagi kok disana. Aku janji”. Pertahanan Hyunjin lolos.

Hati kecilnya ingin menjerit, rasanya ia ingin bertanya 'kenapa, kenapa Tuhan? Kenapa harus dia yang kau ambil?', namun Hyunjin tak berani melakukannya. Ia paham, bahwa tuhan tidak semata-mata mengambilnya. Buktinya Hyera lebih bahagia disana, dia sudah tidak merasakan rasa sakit, trauma kepada rumah sakit, dokter, dan dunia medis lainnya.

Tak jauh berbeda dengan Suga, seorang anak sulung yang hanya hidup berdua dengan Adiknya. Si Bungsu. Yang sekarang telah mendapatkan tempat yang jauh lebih layak daripada dunia yang kejam padanya ini. Jika kau menganggap Suga tak merasa kehilangan, kau salah besar. Bagi Suga, Hyera adalah rumahnya, dimana Suga bisa pulang dan bersandar selama 18 tahun ini.

~~~TAMAT~~~

Buku Harianku

Min Hyera.

Aku menulis catatan ini disetiap malamku, dibawah sinar rembulan serta hembusan angin malam yang membuat gorden kamarku seakan menari.

Tuhan, Terimakasih kau telah memberiku kesempatan menikmati dunia lebih lama. Aku berterimakasih kau telah memberiku ayah yang menyayangiku disana, seorang kakakk yang selalu melindungiku 17 tahun terakhir, serta kekasih yang dapat menerimaku-- dengan keistimewaan khusus ragaku ini. Tuhan, demi apapun aku tidak berani mengeluh atas keadaan. Namun malam ini, biarkan aku mengeluh sekali saja, sama layaknya seorang anak yang sangat menginginkan pelukan ibunya, di umur ke 17 tahunmu ini.

Tuhan, di umurku yang bertambah ini. Aku meminta maaf serta pengampunan padamu jika aku sering berbuat kesalahan. Dan aku memaafkan semua kesalahan yang pernah melukai hatiku. Terimakasih, semoga ditahun-tahun kedepan aku menjadi seorang gadis yang lebih baik.

Aamiin...

Seoul, 27-02-2018 [Min Hyera]

Kedua sudut bibir Suga tersenyum tipis, senyuman yang susah diartikan. Iba, namun benar-benar tulus setelah membaca buku yang adiknya berikan waktu itu. Suga rasa doa sang bungsu tahun lalu sungguh dikabulkan oleh tuhan, 'Adiknya merindukan pelukan Seorang Ibu'.

Sesederhana Itu.

 

Oleh: Amelia Vani, 03/8C

02/2020

Terkait
Pengumuman Pengambilan Undangan
4 Jun 2016
Undangan pengumuman kelulusan dan penyerahan kembali siswa/siswi kelas 9 tahun pelajaran 2015/2016 dapat dambil pada:           Hari             : Rabu           Tanggal        : 8 Juni 2016           Waktu          : pukul 08.00…
Kau Melukisku
29 Agu 2019
Ibu.. Di sini kutulis kisah tentangmu Yang tak kenal lelah, yang tak kenal keluh Kau kilau cahaya Bagai lilin nyala dalam relung gelapku Tak terbanding Pengorbananmu tuk menghadirkanku ke bumi ini.. Membuatku…
Bidadari Tribun
18 Sep 2019
Gollll....!! sorak dari seluruh suporter di dalam Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Dum ... dum ... dum ... dum ... dum ... PSIM suara nyanyian para suporter PSIM. Semua bergembira ria…
Tinta Hitamku
4 Jun 2023
Karya: Angella Cindy Wahyuningtyas   Sunyi, gersang, redup... itulah hidupku Delapan tahun sudah menimba ilmu, dengan rasa pilu Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu Aku harus bangkit,…
SEKOLAH
26 Jul 2023
Karya: Arif Wahyu Fauzan                           Engkau jembatan kesuksesan                           Engkau hanya batu yang termakan debu                           Tapi saat aku di situ, banyak sekali ilmu                           Juga teman-teman                           Ilmu harus…
Saye dan Para Penyihir
20 Jul 2022
Di sebuah planet bernama Thuveris, tinggalah dua bangsa yang hidup di sana. Mereka adalah Bangsa Elf dan Bangsa Penyihir. Pada awalnya kedua bangsa tersebut hidup dengan aman dan damai. Mereka…
Perjalanan Kesuksesan
9 Jun 2022
Hari sudah sore dan aku tak membawa kabar bahagia. Aku pulang ke rumah dengan kabar bahwa aku belum dapat pekerjaan. Hai, aku Adinda Veronika si pengangguran. Sebenarnya aku belum lulus…
Tiga Burung Kecil
8 Feb 2023
Suatu hari di tengah hutan di sebuah pohon hiduplah tiga burung kecil. Burung itu bernama Lina, Luna, dan Lino. Mereka adalah burung kecil yang ceria dan suka bermain-main. Luna adalah…
Mengasuh Anak-Anak MTC
23 Nov 2022
Iruma Jyuto, 29 tahun dan bekerja sebagai polisi. Entah sejak kapan, pria dengan surai coklat yang disisir ke samping itu mendapat pekerjaan sampingan baby sitter. Jyuto masih single meski umurnya…
Tentang Kamu
11 Sep 2019
Entah sudah berapa kali aku menunggu di sini. Di tempat ini, hari ini, waktu ini, kenangan itu terlukis. Kenangan indah yang melukiskan tentang pertemuan dua insan yang saling menyayangi, hanya…
Media Sosial
Karya Siswa
SMPN 7 Yogyakarta
Jalan Wiratama 38, Daerah Istimewa Yogyakarta. 55752
Telepon: (0274) 561374
Faksimili: (0274) 561374
Email: smp7yk@gmail.com