Hai, perkenalkan Aku merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Namaku Caesa Athifah Zahra, Aku berumur 13 tahun yang dan dilahirkan pada bulan Juli. Aku dilahirkan di Yogyakarta, kota ini sering disebut “Kota Istimewa” dan merupakan Kota Pendidikan. Kedua orangtua ku berasal dari kota yang berbeda, Bundaku berasal dari Boyolali dan Ayahku berasal dari kota kelahiranku. Aku memiliki dua orang kakak lelaki yang selalu peduli dan menjagaku. Kalian pasti sudah tau berapa jumlah keluargaku, yap betul keluargaku berjumlah lima orang. Menurutku perkenalan cukup sampai disitu, dan sekarang aku ingin kalian mengetahui ceritaku di tahun 2018.
Aku sangat menyukai liburan. Ketika sekolah sudah mendekati liburan semester rasanya tidak bisa dijelaskan, karena ada rasa senang dan rasa takut yang menjadi satu. Aku sangat senang karena akan merasakan liburan sekolah dan yang membuatku merasa takut yaitu karna akan melaksanakan Penilaian Akhir Tahun. Ujian akhir semester juga merupakan penentu nilai untuk kedepannya, sehingga aku harus menyiapkannya dengan bersungguh-sungguh.
Aku menyukai liburan di bulan Ramadan dan hari lebaran. Selain karena bulan ramadan merupakan bulan yang suci, pada bulan itu juga digunakan untuk mencari amal sebanyak-banyaknya dan bertobat kepada Allah. Dan Aku sangat nantikan yaitu pada hari lebaran. Pada hari raya, Aku bisa bertemu saudara jauh yang jarang bertemu dan bisa bermaaf-maafaan dengan semua orang atas kesalahan yang kita perbuat kepada orang lain.
Bulan puasa tahun 2018 memiliki banyak kenangan yang indah dan menyenangkan. Mulai dari sahur sampai mau tidur banyak aktivitas yang aku lakukan. Hari-hariku pada bulan puasa berbeda dengan hari-hari biasa, aku menjadi lebih produktif daripada biasanya. Kegiatanku di bulan Ramadan diawali dengan sahur bersama keluarga, kemudian aku melakukan salat subuh ke masjid bersama keluarga dan mengaji, lalu melakukan aktivitas kami masing-masing. Aku bersekolah untuk melakukan Penilaian Akhir Semester. Sampai tibanya waktu siang hari aku pulang, langsung melaksanakan salat dzuhur dan tidur siang. Pada sore hari setelah sholat ashar aku biasanya membantu ibu untuk memasak, mandi, dan bersiap untuk berbuka. Waktu yang aku nantikan pun sudah tiba yaitu berbuka puasa bersama keluarga, kemudian dilanjut sholat maghrib bersama. Kemudian kami pun pergi untuk tarawih dan mengaji di masjid sebentar. Lalu sesampainya di rumah aku langsung mengambil buku pelajaran untuk dipelajari hari esok, setelah selesai aku tidur hingga keesokan paginya.
Jika saat lebaran aktivitas yang aku lakukan yaitu berkumpul dengan saudara dan tetangga untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafaan. Di hari itu aku memakai baju baru. Kami menuju ke masjid untuk melaksanakan salat Ied, kemudian silaturahmi dengan orang yang berada di masjid saat itu. Sesampainya di rumah, kami melakukan sungkeman dilanjut dengan makan bersama keluarga. Kemudian kami menyambut saudara yang datang untuk sungkeman. Pada saat itu banyak canda, tawa, haru, dan semua rasa kangen yang dilepas setelah sekian lama tidak berjumpa. Siangnya aku dan keluargaku bergantian untuk mendatangi rumah-rumah tetangga untuk bersilaturahmi. Hal seru yang terjadi yaitu saat bermain main dengan saudara dan juga mendapat THR Lebaran.
Itu tadi cerita tentang Ramadan dan Lebaran ku bersama keluarga di tahun 2018. Jika diingat-ingat rasanya senang sekali pada waktu itu. Tetapi jika aku ingat situasi sekarang menjadi merasa sedih. Karena virus corona yang menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan cepat, sehingga kita harus melakukan karantina selama setaun penuh ini. Pada bulan Ramadan tahun ini, sangatlah menyedihkan karna kita tidak dibolehkan untuk mudik dan bersilaturahmi ke sanak saudara maupun lingkungan sekitar. Karena mau tidak mau kita harus patuh terhadap aturan yang diberikan pemerintah untuk meminimaliskan Covid-19 di Indonesia. Untuk sholat tarawih maupun sholat idul fitri di masjid saja dibatasi sehingga banyak yang beribadah dirumah bersama keluarga.
Agar dampak corona tidak makin bertambah, caranya patuh melaksanakan wajib protokol yang ada. Contoh dengan memakai masker jika keluar rumah, sering mencuci tangan sebelum ataupun sesudah melakukan kegiatan, menjaga jarak dengan lingkungan sekitar, menjauhi kerumunan yang berdampak dapat meningkatkan jumlah terkena corona, dan yang terakhir membatasi interaksi kepada sesama. Jika semua itu dilakukan dengan teratur, dampak corona di Indonesia dan dunia ini akan cepat menurun. Maka, kita bisa berkumpul bersama seperti dulu lagi.
Karya: Caesa Athifah Zahra