
Malam itu aku ada les. Aku terlambat. Les sudah dimulai saat aku sampai. Aku segera duduk lalu mengeluarkan mapp dan alat tulisku. Pandanganku terarah pada teman lesku, Rasyid namanya. Biasanya dia terlihat happy, tapi kali ini dia terlihat murung seperti sedang ada masalah.
“Oke anak-anak, sebentar lagi kalian akan bertemu dengan TPM lalu TPM lalu TPM lagi lalu Un”, kata Pak Pri guru lesku. Aku dan teman-temanku hanya terdiam memandangi soal.
“Mas Rasyid... mas Rasyid!” panggil Pak Pri.
Rasyid tak bereaksi.
“Sepertinya dia sedang melamun,”gumamku dalam hati.
Lalu Aku mendorong kaki kursi tempat duduknya.
“Hei... kamu kenapa, dipanggil dari tadi jugak..,” ucapku sambil menatapnya.
“Ga papa,” jawabnya tergagap terus tersenyum.
Tidak mendapat reaksi jawaban dari Rasyid, Pak Pri terlihat biasa saja, tidak menunjukkan raut marah. Pak Pri lalu berdiri dan pergi ke dalam. Selang beberapa menit, Pak Pri kembali dengan membawa 3 buah toples, dan tiga kantong plastik transparan yang masing-masing berisi batu, kerikil, dan pasir.
“Anak-anak, coba perhatikan ke sini!” seru Pak Pri.
Kami pun terdiam tidak tahu apa yang akan dilakukan Pak Pri dengan barang-barang yang dibawanya. Pak Pri lalu meletakkan 3 toples di atas meja.
“Anak-anak, saya akan mengisi toples yang pertama ini dengan batu,” kata Pak Pri sambil menyobek kantong plastik yang berisi batu lalu memasukkan batu-batu tadi ke dalam toples.
“Anak-anak, apakah sudah penuh?” tanya Pak Pri
“Sudah...,” jawab kami kompak
Lalu Pak Pri menggambil toples yang kedua. Disobeknya kantong plastik yang berisi kerikil lalu dituangkan ke dalam toples.
“Anak-anak, apakah toples kedua ini juga sudah penuh?” tanya Pak Pri.
“Sudah...,” jawab kami kompak
Lalu Pak Pri menggambil toples yang ketiga. Disobeknya kantong plastik yang berisi pasir lalu dituangkan ke dalam toples.
“Anak-anak, apakah toples ketiga ini juga sudah penuh?” tanya Pak Pri.
“Sudah...,” jawab kami kompak
Rasa penasaranku tak tertahan, sehingga aku terdorong untuk bertanya.
“Apa maksud semua itu Pak Pri?”
“Baik, sekarang coba perhatikan dengan cermat toples pertama yang berisi batu ini!” perintah Pak Pri.
“Ya, cuma toples penuh batu,” jawab Yarko santai.
“Yarko, coba kamu cermati lagi apakah di antara batu-batu dalam toples masih ada rongga?” tanya Pak Pri.
“Masih Pak, tapi apa maksudnya?”
“Coba anak-anak lainnya, cermati toples kedua apakah masih ada rongga di antara kerikil?”
“Masih, tapi tidak selebar toples yang berisi batu,” jawan Anis.
“Bagaimana menurut pengamatanmu, Darno untuk toples ketiga yang penuh berisi pasir?”
“Wah, kalau yang ini tidak ada lagi rongganya, Pak” jawab Darno.
“Nah, sekarang mari kita coba masukkan kerikil dan pasir ke dalam toples yang berisi batu,” ajak Pak Pri.
Beberapa anak maju lalu mengambil kerikil dan pasir dari toples di sampingnya kemudian memasukkannya ke dalam toples pertama.
“Apakah masih bisa masuk?” tanya Pak Pri.
“Masih Pak, kerikil mengisi rongga sebesar kerikil sementara pasir memenuhi rongga di sela-sela batu dan kerikil,” jawab anak-anak yang maju.
“Sekarang kita balik, toples yang penuh pasir ini kita isi batu dan kerikil,” perintah Pak Pri.
Ketika anak-anak melakukannya, lalu Joni berteriak, “Tidak bisa Pak, tidak lagi ada ruang,”
“Lalu apa maksudnya itu Pak,” tanya Rasyid yang tampak mulai tertarik dengan kehebohan kelas.
“Nah, ini sebenarnya sebuah analogi. Jelasnya begini, terutama kamu, Rasyid, perhatikan baik-baik,”
Pak Pri menyuruh anak-anak duduk, lalu katanya
“Anak-anak, batu, kerikil, dan pasir merupakan analogi dari hal-hal yang kita hadapi tiap harinya. Batu menggambarkan hal-hal yang besar, kerikil menggambar hal-hal yang sedang, dan pasir menggambarkan hal-hal yang kecil dan remeh, dan toples adalah gambaran pikiran kita.
“Penuh, tetapi banyak batu dan kerikil yang tersisa, bukankah jumlahnya sama dengan toples pertama?”jawabku heran.
“Betul sekali, toples adalah analogi kehidupan. Batu adalah hal-hal yang penting dalam hidup seperti, keluarga, teman, pasangan dan semua hal yang membuat hidup lengkap. Kerikil adalah hal-hal yang membuat hidup nyaman seperti, rumah, mobil, dan lainnya. Sedangkan pasir adalah hal kecil yang tidak terlalu penting. Jika kita mengisi toples dengan pasir terlebih dahulu, seperti toples kedua maka tidak ada ruang lagi untuk batu dan kerikil. Demikian pula, hal-hal kecil yang tidak penting menyebabkan kita tidak memiliki ruang untuk hal-hal besar yang berharga. Dalam hidup kita akan dihadapkan dengan banyak hal yang kecil maupun besar, yang berharga maupun tidak. Bedakan mana yang batu, mana yang kerikil dan mana yang pasir, begitu Mas Rasyid,” kata pak Pri sembari menepuk pundak Rasyid yang mulai ceria meskipun gagal ikut pertandingan gameonline.
Manfaatkanlah waktumu sebaik-baiknya seperti untuk bersama Ibu dan keluarga lainnya. Jika tidak, kamu akan kehilangan waku berhargamu bersama orang-orang yang berharga. Tinggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak berharga yang bisa membuatmu kehilangan hal-hal yang berharga dalam hidupmu.
Oleh : Dini Eka Rakhmayani - 9A/14